Translate


prinsip pengelolaan kelas TPA



PRINSIP PENGELOLAAN KELAS TPA




OLEH KELOMPOK 7:
AINUN JARIAH
SAHRI RAMADHANI HAMID
DOSEN PENGAMPU: SYAHARUDDIN, S.Pd., M.SI.
  


TEKNOLOGI INFRORMASI
JURUSAN AKHWAL AS-SYAKHSIYAH (A)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM/2018


PRINSIP-PRINSIP PENGELOLAAN KELAS TPA

Pengelolaan kelas adalah salah satu tugas guru/ustadz(ah) yang tidak pernah ditinggalkan. Guru selalu mengelola kelas ketika dia melaksanakan tugasnya. Pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi anak didik/santri sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Ketika kelas terganggu, guru berusaha mengembalikannya agar tidak menjadi penghalang bagi proses belajar mengajar.Dalam konteks yang demikian itulah kiranya pengelolaan kelas penting untuk diketahui oleh siapa pun juga yang menerjunkan dirinya ke dalam dunia pendidikan. Maka adalah penting untuk mengetahui pengertian pengelolaan kelas dalam hal ini.

Pengelola kelas terdiri dari dua kata yaitu pengelola dan kelas. Pengelolaan itu sendiri akar katanya adalah ‘kelola’, ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari pengelolaan adalah “manajemen”. Manajemen adalah kata yang aslinya berasal dari bahasa inggris, yaitu management, yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelola. Manajemen atau pengelolaan dalam pengertian umum menurut Suharsimi Arikunto (1990) adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan. Sedangkan kelas yaitu sekelompok siswa pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama. Dari uraian tersebut dapatlah dipahami bahwa pengelolaan kelas adalah suatu usaha sengaja dilakukan guna mencapai tujuan pengajaran.

Pengelola kelas yang dilakukan guru bukan tanpa tujuan. Karena ada tujuan itulah guru  selalu berusaha mengelola kelas, walaupun terkadang kelelahan fisik maupun pikiran dirasakan. Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan (TPA). Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan social, emosional, dan intelektual dalam kelas.

Dalam proses pembelajaran masalah kegiatan siswa/santri adalah yang menjadi fokus perhatian. Adapun kegiatan yang guru lakukan tidak lain adalah untuk suatu upaya bagaimana lingkungan tercipta itu menyenangkan hati semua siswa dan dapat menggairahkan belajar siswa. Itu berarti tidak seorang guru pun yang ingin agar siswa tidak senang dan tidak bergairah dalam belajar, maka akan mengganggu kelancaran kegiatan pengajaran. Apalagi jika sebagian besar siswa tidak mau memperhatikan penjelasan yang diberikan guru, atau tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan guru untuk materi pelajaran tertentu. Agar kegiatan pengajaran dapat merangsang siswa untuk aktif dan kreatif belajar maka diperlukan lingkungan belajar yang kondusif.

A.  Pengelolaan Kelas TKA/ TPA/ TPQ

       1.       Materi Pelajaran
        Materi pokok adalah belajar membaca Al-Qur'an (dengan buku Iqra') dan sholat. Materi penunjangnya adalah hafalan bacaan sholat, 12 doa sehari-hari, 12 surat-surat pendek, 6 kelompok ayat pilihan, dasar-dasar Ulumul Qur'an, menulis dan BCM.
 
       2.       Alokasi Waktu Pengajaran
        Lama pendidikan selama 1 tahun terbagi 2 semester  setiap pertemuan 90 menit.

       3.       Pengelolaan Kelas
        Tiap kelas ada 30-45 santri sebaya, ada wali kelas dan 4 ustadz privat. Waktu 90 menit digunakan :

a.       10menit :Pembukaan (salam, doa, presensi, mengingatkan ustadz privat tentang materi yang dihafalkan, pembagian kartu prestasi dan pengelola waktu pengajaran (penentu kebijakan jam istirahat dan klasikal )
b.        30 menit : Privat (untuk pengajaran Iq'ra dan menulis)
c.         15 menit : Privat (Bercerita dan atau hafalan)
d.        15 menit : Istirahat
e.         10 menit : Klasikal (untuk materi penunjang )
f.          10 menit : Penutup  (untuk doa dan membaca ikrar)

       4.       Ustadz
Jumlah ustadz setiap kelas 5 – 6 setiap kelas (satu ustadz ada yang bertindak sebagai cadangan atau membantu kelompok yang bermasalah dalam pembelajarannya). Setiap ustadz membimbing 5- 6 santri dan harus hadir minimal pada sesion pembukaan untuk mengetahui materi hafalan. 

       5.       Kompetensi ustadz
Ustadz harus fasih baca Al-Qur'an (ditandai dengan lulus kursus tartil Qur'an atau lulus uji kelayakan ustadz ), menguasai ilmu tajwid, dan adab membaca Al-Qur'an , berkepribadian baik, mampu mengajar, berifat kebapakan/ keibuan dan memiliki kesungguhan atau semangat juang
Suatu TPA/TPQ perlu ditangani oleh Guru/Ustadz(ah) yang berkompeten dengan kriteria:
a.       Ustadz(ah) yang telah memiliki ijazah (syahadah) Metode Pengajar Al Qur’an dari Koordinator Qiraaty, IQRA maupun Tilawati.
b.      Ustadz(ah) yang telah mengikuti Pelatihan Tahsin Al Quraan.
c.       Diutamakan Ustadz(ah) yang pernah berpengalaman mengajar Santri TPA/TPQ
Ustadz(ah) pengajar TPA/TPQ juga perlu memperoleh pembinaan yang berkelanjutan, terutama dalam:
a.         Pembinaan Tahsin Al Quraan dari Koordinator
b.        Pelatihan, seminar atau workshop kependidikan.
c.         Dan kegiatan-kegiatan lain yang mendukung kemampuan dalam mendidik Santri TPA/TPQ

B.        YANG PERLU DIPAHAMI DALAM PENGELOLAAN KELAS TPA
1.    Konsep dasar belajar
2.    Bagaimana kita belajar
3.    Filosofi anak
biasanya berhubungan dengan masalah emosi, pikiran dan prilaku. Kepribadian siswa dengan ciri khasnya masing masing menyebabkan siswa berbeda dari siwa lainya secara individual. Perbedaan secara individual ini dilihat dari segi aspek, yaitu perbedaan biologis, intelektual dan psikologis.
4.    Tugas-tugas perkembangan anak
5.    Cara anak belajar
6.     Paradigma pembelajaran
C.       KIAT MUDAH MENGAJAR MEMBACA AL-QUR’AN

1.         Ciptakan “Kondisi” yang Benar

a.            Bersihkan hati dengan menata niat
Sebelum mengajar seorang guru/ustadz(ah) membersihkan hati dengan menata niat, dengan begitu kehangatan dan antusias antar guru dan murid pun timbul dengan sendirinya. Karena hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru yang hangat dan akrab dengan anak didik (santri) selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.

b.            Menata lingkungan

   Menata lingkungan belajar yang kondusif mampu memunculkan keharmonisan hubungan guru/ustadz(ah) dengan anak didik (santri), tingginya kerja sama di antara anak didik tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal tentu saja bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas. Berbagai pendekatan tersebut adalah seperti dalam uraian berikut:

1)      Pendekatan Kekuasaan

Pengelola kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkat laku anak didik. Peranan guru di sini adalah menciptakan dan mempartahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik menaatinya. Di dalamnya ada kekuasaan dalam norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itulah guru mendekatinya.

2)      Pendekatan Kebebasan

Pengelolaan diartikan secara suatu untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peran guru adalah mengusahakan semaksimal mungkn kebebasan anak didik

3)      Pendekatan Pengajaran

Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanakan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peran guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.

4)      Pendekatan Perubahan Tingkat Laku

Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. Untuk itu menurut pendekatan tingkah laku yang baik atau positif harus dirangsang dengan memberikan pujian atau hadiah yang menimbulkan perasanaan senang dan puas. Sebaliknya, tingkah laku yang kurang baik dan melaksanakan program kelas harus diberi sanksi atau hukuman yang akan menimbulkan perasaan tidak puas dan pada gilirannya tingkah laku tersebut akan dihindari.

5)      Pendekatan Suasana Emosi dan Hubungan Sosial

Pendekatan pengelolaan kelas berdasarkan suasana perasaan dan suasana social di dalam kelas sebagai sekelompok individu cenderung pada pandangan psikologi kliniks dan konseling. Menurut pendekatan ini pengelolaan kelas merupakan suatu proses menciptakan iklim atau suasana emosional dan hubungan social yang positif. Suasana emosional dan hubungan social yang positif, artinya ada hubungan yang baik yang positif, artinya ada hubungan yang baik dan positif antara guru dengan peserta didik, atau antara anak didik dengan anak didik.

6)      Pendekatan Proses Kelompok

Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk menciptakan kelas sebagai suatu sistem social, di mana proses kelompok merupakan yang paling utama. Peranan guru adalah mengusahakan agar perkembangkan dan pelaksanaan proses kelompok yang efektif. Proses kelompok adalah usaha guru mengelompokkan anak didik ke dalam beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan individual sehingga tercipta kelas yang bergairah dalam belajar.

7)      Pendekatan Elektis atau Pluralistik.

Pendekatan elektis ini menekankan pada potensialitas, kretivitas dan inisiatif wali/guru kelas dalam memilih beragai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam suatu situasi mungkin dipergunakan salah satu dan dalam situasi lain mungkin harus mengombinasikan dan atau ketiga pendekatan tersebut. Pendekatan elektis di sebut juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi yang memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien


c.       Ciptakan suasana positif  bagi guru dan murid
                   Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian anak didik pada hal-hal yang negatif. Penekanan pada hal-hal yang positif yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku anak didik yang positif dari pada mengomeli tingkah laku yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif, dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu proses belajar mengajar.
d.     Penanaman disiplin diri
Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan disiplin diri sendiri. Karena itu, guru sebaiknya selalu mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengenai pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut berdisiplin dalam segala hal.
e.     Tentukan hasil dan sasaran
f.      Visualisasikan tujuan anda

2.         Presentasi yang Optimal

          Penggunaan alat atau media, atau alat bantu, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian anak didik. Apalagi bila penggunaannya bervariasi sesuai dengan kebutuhan. Kevariasian dalam penggunaan apa yang disebutkan di atas merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.
Penggunaan kata-kata tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang. Tambahan lagi akan dapat menarik perhatian anak didik dan dapat mengendalikan gairah belajar mereka
a.       Dapatkan gambar menyeluruh dulu
b.      Gunakan konser musik (aplikasi lagu Rost)
c.       Gunakan semua gaya belajar, semua ragam kecerdasan dan semua panca indra. (Aplikasi BCM)
d.      Gunakan seluruh dunia sebagai ruang kelas. (belajar tidak harus dikelas)
e.       Ekspresikan. (guru memberikan contoh dengan semangat dan penuh ekspresi)
f.       Praktekkan (ubah murid menjadi guru)

3.         Tinjau, Evaluasi, dan Rayakan
a.       Meninjau ulang hasil belajar (HB) anak setiap dua pekan
b.      Mengevaluasi hasil belajar (HB) pada tengah dan akhir pembelajaran
c.       Memberikan motivasi dengan merayakan keberhasilan kenaikan jilid

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam mengatasi masalah untuk membuat iklim kelas yang sehat dan efektif adalah sebagai berikut :
1.   Bila situasi kelas memungkinkan anak-anak belajar secara maksimal, fungsi kelompok harus diminimalkan.
2.    Manajemen kelas harus memberi fasilitas untuk mengembangkan kesatuan dan bekerjasama.
3. Anggota-anggota kelompok harus diberi kesempatan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang memberi efek kepada hubungan dan kondisi belajar atau kerja.
4.  Anggota-anggota kelompok harus dibimbing dalam menyelesaikan kebimbingan, ketegangan dan perasaan tertekan.
5.    Perlu diciptakan persahabatan dan kepercayaan yang kuat antar siswa.
 Prinsip-prinsip di atas memberikan hubungan positif interaksi edukatif antara guru dan siswa

       Dalam sebuah penelitian skripsi (Upaya Ustadz/Ustadzah Mengatasi Kejenuhan Santri dalam Mengikuti Pembelajaran Al-Qur’an di Taman Pendidikan Al-Qur’an Baciro Yogyakarta) yang  mendeskripsikan dan menganalisa secara kritis tentang upaya-upaya yang dilakukan ustadz/ustadzah mengatasi kejenuhan santri dalam mengikuti pembelajaran Al-Qur’an di TPA Baciro serta hasil yang dicapai dari upaya-upaya yang dilakukan ustadz/ustadzah.Hasil penelitian menujukan:
1.      Kejenuhan santri dan kebosanan santri dalam mengikuti pembelajaran Al-Qur’an di TPA  berasal dari dua faktor, yaitu faktor internal dan ekstemal. Dari faktor internal, kejenuhan dan kebosanan yang dialami santri dikarenakan keletihan flsik dan keletihan mental yang diakibatkan dari aktifitas sekolah yang padat dan menyita banyak waktu santri. Santri kurang istirahat, dan kurang bisa mengatasi kejunahan yang mereka hadapi. Faktor yang berasal dari luar yang menyebabkan kejenuhan santri berasal dari: keluarga yang kurang memperhatikan dan kurang mencurahkan kasih sayang mereka pada santri, tempat belajar santri yang kurang luas, sehingga santri kurang leluasa, metode yang dipakai ustadz/ustadzah kurang menarik santri dan terkesan monoton.
2.    Upaya yang dilakukan ustadz/ustadzah dalam mengatasi kejenuhan santri diantaranya dengan menerapkan metode-metode yang lebih variatif, seperti: metode karya wisata, metode eksperimen atau praktek, metode bermain, menyanyi, cerita, bedah film Islami, tepuk, tangan, menggambar dan mewamai.
3.      Hasil yang dicapai dari penerapan-penerapan metode tersebut temyata sangat bagus dan berhasil, hal ini terlihat dari semakin rajinnya para santri berangkat ke TPA, santri lebih serius mengikuti pembelajaran yang dilakukan ustadz/ustadzah, santri terlihat lebih santai dan senang dalam mengikuti pembelajaran, sehingga santri tidak lagi menganggap belajar Al-Qur’an itu sebagai beban, tetapi sebagai kegiatan yang lebih menyenangkan.

  

SIMPULAN

1.      YANG PERLU DIFAHAMI
a.          Konsep dasar belajar
b.         Bagaimana kita belajar
c.          Filosofi anak
d.         Tugas-tugas perkembangan anak
e.          Cara anak belajar
f.           Paradigma pembelajaran

2.    KIAT MUDAH MENGAJAR MEMBACA AL-QUR’AN
a.         Ciptakan “Kondisi” yang Benar
1)             Bersihkan hati dengan menata niat
2)             Menata lingkungan
3)             Ciptakan suasana positif bagi guru dan murid
4)             Tentukan hasil dan sasaran
5)             Visualisasikan tujuan anda

b.         Presentasi yang Optimal
1)             Dapatkan gambar menyeluruh dulu
2)             Gunakan konser musik (aplikasi lagu Rost)
3)             Gunakan semua gaya belajar, semua ragam kecerdasan dan semua panca indra. (Aplikasi BCM)
4)             Gunakan seluruh dunia sebagai ruang kelas. (belajar tidak harus dikelas)
5)             Ekspresikan. (guru memberikan contoh dengan semangat dan penuh ekspresi)
6)             Praktekkan (ubah murid menjadi guru)

c.          Tinjau, Evaluasi, dan Rayakan
1)             Meninjau ulang hasil belajar (HB) anak setiap dua pekan
2)             Mengevaluasi hasil belajar (HB) pada tengah dan akhir pembelajaran
3)             Memberikan motivasi dengan merayakan keberhasilan kenaikan jilid



DAFTAR PUSTAKA

Djabidi, Faisal. 2017. Manajemen Pengelolaan Kelas. Banda Acah: MADANI.
Rusyid, Salman. 2014. Prinsip-Prinsip Manajemen Kelas. Yogyakarta: Diva Press.
Harsanto, Radno. 2007. Pengelolaan Kelas yang Dinamis. Yogyakarta: KANISIUS.
Adhi Setyawan, “Materi,  Alokasi Waktu, Pengelolaan Kelas TKA/TPA/TPQ“, dalam Https://edulab_adhi.blogspot.co.id, diakses pada tanggal 16 februari 2018, pukul 19:08 WITA.
Ainiatul Mahbubah, “ Unsur-unsur, Prinsip-prinsip, dan Alasan Pengelolaan Kelas Diperlukan”, Https://ainiatul93.blogspot.co.id, diakses pada tanggal 16 februari 2018, pukul  19:07 WITA.
Suberia Hasan, “Cara Pengelolaan Kelas yang Efektif dan Efisien”, dalam  Https://teknispendidikan.blogspot.co.id, diakses pada tanggal 16 februari 2018, pukul 19:22 WITA.
Metode Kibar, “Manajemen Pengelolaan TKA-TPA”, dalam Metodekibar.blogspot.co.id, diakses pada tanggal 16 februari 2018, pukul 19:24 WITA.
Nahimunkar.com, “Upaya Ustadz/ustadzah Mengatasi Kejenuhan Santri dalam Mengikuti Pembelajaran Al-Qur’an di Taman Pendidikan Al-Qur’an di Baciro Yogyakarta”, dalam  Http://nahimunkar.com. Diakses pada tanggal 18 februari 2018, pukul 14:47 WITA.

SDGs (INDONESIA MASA DEPAN DENGAN MEWUJUDKAN PERDAMAIAN, KEADILAN, DAN INSTITUSI YANG KUAT)

INDONESIA MASA DEPAN DENGAN MEWUJUDKAN PERDAMAIAN, KEADILAN, DAN INSTITUSI YANG KUAT Oleh : AINUN JARIAH (170202007)-(AS/A) ...

big smile